Belajar Matematika

PTK, EKSPERIMEN, DLL

hasmanweb.blogspot.com

Monday, February 16, 2009

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE STAD

BAB I
PENDAHULUAN
ALatar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, misalnya kemajuan di bidang teknologi dan invormatika, maka harus diiringi dengan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan kualitas keimanan setiap individu terhadap Allah SWT. Kemajuan

di bidang pengetahuan tentunya yang dimaksud adalah bidang pendidikan. Bidang pendidikan yang didalamnya meliputi sitem pendidikan, kurikulum, tenaga pendidik, dan sebagainya.
Kalau kita melakukan pengkajian mundur terhadap output dari sistem pendidikan yang ada di negara kita Indonesia, sebenarnya banyak orang-orang yang cerdas dihasilkan dari sistem pendidikan itu namun kecerdasasn yang dimaksud hanya cerdas dalam kemampun intelektual, tetapi buta dalam hal emosional dan akhlaknya. Hal ini terbukti dengan makin maraknya orang-orang yang terlibat dalam hal korupsi, kolusi dan nepotisme.
Orang yang cerdas intelektual tetapi akhlaknya buta termasuk tidak mempunyai kecerdasan emosional, maka orang-orang seperti ini sekarang telah banyak tersebar di Indonesia, justru tidak mendukung kemajuan bangsa, justru merusak citra bangsa. Orang orang seperti ini akan dengan mudah memperalat orang-orang awam dengan kelincahan dan kelicikannya, menghalakan segala cara, yang penting tujuan tercapai.
Sekarang ini kecerdasan intelektual bukan satu-satunya faktor yang mendukung kesuksesan seseorang, bahkan kesuksesan yang dipengaruhi oleh kecerdaasan intelektual hanya sekitar 20%, sedangakan yang lainnya dipengaruhi oleh kecerdasan lain termasuk kecerdasan emosional. Olehnya itu yang seharusnya sekarang sitem pendidikan menekankan pada kecerdasan emosional disamping kecerdasan intelektual.
Sesuai dengan kurikulum terbaru yaitu kurikulum tingakat satuan pendidikan maka faktor kecerdasan emosional yang meliputi afektif dan psikomotorik mulai dijadikan indikator keberhasilan dalam pendidikan. Hal ini terbukti dengan bentuk penilaian di sekolah dasar dan menengah, ada penilaian yang dikenal dengan penilaian konseptual, kemampuan penalaran dan kemampuan psikomotorik yang akan mempertajam kecerdasan emosional siswa karena merangsan daya pikir dan kemampun siswa mengkomuniksikan pelajaran yang sedang dipelajari dengan kata-kata sendiri berdasarkan hasil pendalaman mereka pada hal-hal aplikasi dari mata pelajaran itu sendiri.
Kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan mata pelajaran akan lebih nampak dan terarah pada saat menggunakan model pembelajaran kooperatif, misalnya type STAD, karena mereka selain bisa berkomunikasi di dalam kelompoknya, mereka juga akan mengkomunikasikan hasil belajar kelompok mereka pada kelompok lain ketika mereka diberikan kesempatan mempersentasekan hasilnya maupun menanggapi kelompok lain.
Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan hasil belajarnya akan meningkatkan kecerdasan emosional mereka karena hal ini akan mendorong mereka lebih dewasa dalam menanggapai berbagai persoalan, termasuk memanagemen kelompok mereka dalam belajar yang lebih efektif dan efisien. Metode seperti ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran termasuk mata paealajaran biologi pada tingkat pendidikan menengah.
Pada mata pelajaran biologi juga masih terbagi-bagi atas beberapa pokok bahasan, termasuk didalamnya adalah materi tentang klasifikasi hewan dan tumbuhan. Metode belajar koopertif type STAD untuk materi ini sangat dibutuhkan dalam hal menyatukan presepsi dalam kelompok ketika mengklasifikasikan hewan dan tumbuhan yang ditemui di alam termasuk mengkomunikasikan berbagai ciri-cirinya dan kemudian mengklasifikasikanya berdasarkan aturan klasifikasi hewan dan tumbuhan. Tentunya alasan-alasan mereka dalam mengklasifikasikan hewan dan tumbuhan berdasarkan ciri-cirinya dapat dipertahankan ketika mereka ditanya oleh kelompok lain. Kemampuan mereka mereka dalam mempertahankan argumennya sangat ditunjang oleh kecerdasaan emosional mereka, terutama dalam menghadapi berbagai karakter siswa.
Berdasarkan latarbelakang di atas maka timbul keinginan dari kami untuk mengetahui lebih jauh bagaimana Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Raha Dengan Model Pembelajaran Koopertif Tipe Stad Pada Materi Pencemaran Lingkungan.

ABatasan Masalah
Karena luasnya cakupan materi, Pencemaran Lingkungan maka kami membatasi cakupan materi dalam penelitian ini yaitu hanya menyankut materi Pencemaran Lingkungan yang diajarkan pada sekolah menengah pertama (SMP) atau sederajat. Adapun yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP negeri 1 Raha.
BRumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP negeri 1 Raha dalam mengkomunikasikan pelajaran mereka pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan
2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP negeri 1 Raha pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan yang diajar dengan model pembelajaran koopertif type STAD?
3.Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dalam mengkomunikasikan pelajaran biologi dengan hasil belajar siswa kelas VII pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan di SMP Negei 1 Raha?
CTujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian iniadalah:
1.Dapat mengetahui bagaimana kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP negeri 1 Raha dalam mengkomunikasikan pelajaran mereka pada Pokok bahasan Pencemaran Limgkungan
2 Dapat mengetahui bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP negeri 1 Raha pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan yang diajar dengan model pembelajaran koopertif type STAD?
3.Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dalam mengkomunikasikan pelajaran biologi dengan hasil belajar siswa kelas VII pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan di SMP Negei 1 Raha?
DManfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi guru-guru SMPN 1 Raha khususnya guru biologi yang mengajarkan materi Pencemaran Lingkungan dalam upaya meningkatkan hasil belajar,
2. Sebagai pengalaman berharga bagi penulis apabila membuat karya ilmiah selanjutnya,
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti yang akan datang yang penelitiannya relevan dengan penelitian ini.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar Biologi
Belajar biologi merupakan suatu aktifitas mental untuk memahami arti dari hubungan-hubungan dan simbol-simbol yang terkandung dalam biologi secara sistematik, cermat dan tepat, kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan untuk memecahkan masalah dalam berbagai hal/ keadaan/ situasi nyata.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ditunjukkan oleh perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/ pemahaman, keterampilan, analisis, sintesis, evaluasi, serta nilai dan sikap. Perubahan yang dihasilkan dari belajar dapat berupa perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu dilihat sebagai tingkah laku (Soekamto dan Winataputra, 1997: 21). Adanya perubahan itu tercermin dalam prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Prestasi adalah bukti keberhasilan dari usaha yang dapat dicapai (Winkel, 1998: 102). Briggs (1979: 149) memberikan pengertian bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
Romiszowski membagi hasil belajar menjadi empat ranah yaitu: (1) kognitif, (2) psikomotorik, (3) reaksi emosional, dan (4) interaksi yaitu merupakan keterampilan menerima dan menyampaikan informasi (1981: 253). Gagne dan Briggs (79:49-50) membagi hasil belajar dalam lima kategori yaitu: (1) keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap.
Merril dan Twitcell (1994: 106) mengelompokkan hasil belajar ke dalam dua dimensi yaitu (1) tingkat untuk kerja, dan (2) tipe isi. Bloom (1981: 7) membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. Ranah kognitif terbagi menjadi enam tingkatan yaitu: (a) ingatan, (b) pemahaman, (c) penerapan, (d) analisis, (e) sintesis, dan (f) evaluasi. Gronlund (1982: 3) menyatakan bahwa hasil belajar di ranah kognitif dibagi menjadi dua bagian besar yaitu (1) pengetahuan, dan (2) kemampuan intelektual serta keterampilan.
Batasan mengenai hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas sesuai dengan hasil belajar matematika yang diharapkan pada jenjang pendidikan menengah umum yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Tetapi dalam penelitian ini, hasil belajar matematika yang hendak diteliti dan diukur dibatasi hanya pada hasil belajar di ranah kognitif. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hasil belajar matematika pada ranah kognitif yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses belajar mengajar matematika selama kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan instruksional tertentu yang mengacu pada garis besar program pengajaran matematika SMA.
B. Kecerdasan Emosional
Goleman (1995) dan Shapiro (1997) mengungkapkan bahwa secara neuroanatomis otak manusia terdiri atas milyaran sel yang memainkan peranan berbeda-beda, ada bagian untuk berpikir konvergen dan ada pula yang berkenaan dengan emosi, yang selanjutnya dikenal sebagai konsep kecerdasan emosi atau emotional intelligence.
Kecerdasan emosi adalah suatu dimensi kemampuan manusia yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang kemudian membentuk watak atau karakter, yang di dalamnya terkandung kemampuan-kemampuan seperti kemampuan mengendalikan diri, empati, motivasi, kesabaran, ketekunan, keterampilan sosial, dan lain-lain. Salovey (1997) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional terdiri dari lima dimensi utama yaitu: (1) mengenali emosi diri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.
Mengenali emosi diri yaitu kesadaran diri untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kesadaran diri merupakan prasyarat bagi keempat wilayah utama lainnya. Hal itu dapat diartikan sebagai pintu masuk pada rumah emosi. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai kepekerjaan apa yang akan diambil.
Mengelola emosi adalah salah satu pekerjaan yang cukup sulit. Sebagai ilustrasi adalah bagaimana sakitnya hati kita dan sulitnya meredakan kemarahan yang meluap keubun-ubun jika kita dipersalahkan atas hal yang merupakan kesalahan orang lain. Namun jika emosi dapat dikuasai tentu emosi dapat dikelola dengan baik, artinya dapat tercipta keseimbangan emosi atau pengendalian emosi yang berlebihan.
Dimensi selanjutnya adalah memotivasi diri sendiri. Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi yang mencapai tujuan. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam diri pribadi. Selanjutnya motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan effective arousal, dan juga ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Mengenali empati orang lain merupakan salah satu dimensi yang penting dari emosi. Empati merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan dan keinginan orang dari kacamata orang tersebut. Di samping itu empati merupakan kemampuan yang bergantung kepada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan bergaul dasar, dan juga dapat menciptakan kebahagiaan dalam kehidupan asmara.
Dimensi terakhir dari emosi adalah membina hubungan. Seni membina hubungan dengan orang lain erat kaitannya dengan keterampilan memahami emosi orang lain. Agar terampil membina hubungan dengan orang lain, kita harus mampu mengenal dan mengelola emisi mereka. Untuk mengelola emosi orang lain kita perlu lebih dahulu mampu mengendalikan diri, mngendalikan emosi yang mungkin berpengaruh buruk dalam hubungan sosial, menyimpan dulu kemarahan dan bebas strea tertentu, dan mengekspresikan perasaan diri.
EQ dan IQ adalah dua sumber sinergis, bila satu diantaranya tidak ada atau tidak seimbang maka seseorang akan menjadi tidak lengkap dan tidak efektif. IQ tanpa EQ bisa saja mencetak nilai pada salah satu ujian, tetapi tidak akan mambuat Anda dapat maju dalam hidup, bahkan dengan IQ tinggi tapi tidak diimbangi dengan EQ yang baik maka keunggulan IQ bisa mengarah pada hal-hal yang merugikan masyarakat. EQ mempunyai pengaruh yang besar dalam hal hubungan pribadi dengan orang lain, dia bertanggung jawab untuk penghargaan diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan adaptasi sosial. Ini berarti dengan EQ memungkinkan kita untuk memilih apa yang harus dilakukan, pekerjaan apa yang diambil, dan bagaimana menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan orang lain.
EQ merupakan kemampuan yang sebagian besar diperoleh dari pengalaman, berarti EQ dapat ditingkatkan melalui usaha sungguh-sungguh dengan latihan oleh orang tua dan guru di sekolah. Dengan demikian tentu hal ini akan memberikan harapan dan optimisme baru terhadap pendidikan, karena EQ dapat dikembangkan pada anak.
Hasil dari beberapa survei membuktikan bahwa siswa yang telah mendapat pendidikan EQ mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.Lebih pintar menangani emosinya dan lebih stabil emosinya.
2.Lebih dapat berkonsentrasi
3.Lebih tegas dan bertanggung jawab
4.Lebih dapat memahami orang lain
5.Lebih terampil menyelesaikan konflik
6.Lebih dapat berinteraksi dengan orang lain
Begitu pula sebaliknya, kemerosotan emosi siswa tampak dalam semakin parahnya masalah spesifik seperti berikut :
1. Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial : lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, dan terlampau bergantung.
2. Cemas dan depresi, menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa gugup atau sedih.
3. Memiliki masalah dalam hal perhatian dan berpikir, tidak mampu memusatkan perhatian dan duduk tenang, melamun, bertindak tanpa berpikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran jadi tenang.
4. Nakal dan agresif : bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan menipu, sering bertengkar, bersikap kasar pada orang lain, menuntut perhatian, meruak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras kepala dan suasana hati yang sering berubah-ubah.
Dalam kenyataannya keadaan manusia berada antara keduanya yaitu campuran antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan kadar yang berbeda-beda. Namun demikian kecerdasan emosional manambah jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat individu lebih manusiawi.
Dengan demikian yang dimaksud dengan klecerdasan emosional adalah kemampuan siswa yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang terdiri dari lima dimensi utama yaitu: (1) mengenali emosi, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.

G. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IX SMP Negeri 1 Raha”
Secara statistik dirumuskan sebagai berikut :
H0 : r = 0 H1 : r ≠ 0
Keterangan :
H0

H1
H1

:

:
:
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IX SMP Negeri 1 Raha..
Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IX SMP Negeri 1 Raha.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan apakah terdapat hubungan antara dua variabel yakni variabel X dan variabel Y serta untuk mengetahui berapa besar hubungan yang ada diantara variabel yang diteliti.
B.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 14 Oktober 2006 s/d 9 September 2007 di SMP Negeri 1 Raha.
C.Variabel dan Desain Variabel
Variabel dalam penelitian ini ada dua macam yaitu kecerdasan emosional sebagai variabel bebas yang disimbolkan dengan X dan hasil belajar biologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai variabel tak bebas yang disimbolkan dengan Y.
Desain hubungan antara kedua variabel X dan Y digambarkan sebagai berikut :



D.Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan variabel yang diteliti maka variabel yang dikemukakan di atas dijelaskan sebagai berikut :
1.Kecerdasan emosional adalah skor yang diperoleh setiap siswa dalam mengisi angket kecerdasan emosional yang terdiri dari lima dimensi utama yaitu (1) mengenali emosi, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.
2. Hasil belajar biologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah skor biologi pada ranah kognitif yang dicapai siswa dari hasil proses belajar mengajar Biologi semester II kelas IX SMP Negeri 1 Raha yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar Biologi yang disusun berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe STAD.

E.Populasi dan Sampel
1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 1 Raha yang terdiri dari 7 kelas dengan jumlah siswa 282 orang.
Tabel 1. Jumlah siswa dari masing-masing kelas VIIIA - VIIIG
No
Kelas
Populasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
VIII A
VIII B
VIII C
VIII D
VIII E
VIII F
VIII G
42 orang
41 orang
42 orang
43 orang
42 orang
37 orang
35 orang
Jumlah
282 orang

2.Sampel
Untuk memperoleh sampel yang representatif maka diambil dua kelas dari 7 kelas secara cluster random sampling.
F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket atau kuisioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi (data) tentang kecerdasan emodional. Penyusunan angket kecerdasan emosional terdiri atas lima dimensi yaitu (1) mengenali emosi, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.
Pemberian skor menggunakan skala Likert (Sugiono, 2001: 73) yang terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu; sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (ST). Pemberian skor untuk tiap item adalah sebagai berikut; untuk pernyataan positif SS=5, S=4, R=3, TS=2 dan ST=1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif SS=1, S=2, R=3, TS=4 dan ST=5.
Sedangkan tes hasil belajar biologi yang digunakan adalah adalah tes dua bentuk yaitu esai dan pilihan ganda dengan lima option. Penyusunan tes hasil belajar Biologi ini diawali dengan menyusun kisi-kisi yang memuat pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada semester genap tahun ajaran 2007/2008. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tes tersebut adalah 120 menit. Sebelum instrumen tersebut digunakan untuk penelitian terlebih dahulu instrumen diuji coba untuk memperoleh validitas (empirik) setiap butir dan reliabilitas instrumen.
F.Teknik Analisis Data
1.Analisis Instrumen
Sebelum digunakan instrumen angket terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Adapun rumus validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut :
a.Validitas angket menggunakan rumus :

Dimana : rxy = koefisien korelasi
X = Skor item yang dicari validitasnya
Y = Skor total
N = Banyaknya responden (Arikunto, 1997: 162)
Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
Jika nilai rxy ≥ rt, maka item tersebut valid
Jika nilai rxy ≤ rt, maka item tersebut tidak valid
Dengan rt adalah nilai pada tabel r product moment dengan taraf signifikan = 0,05.

b.Reliabilitas angket dengan rumus Alpha

Dimana :
r11 = reliabilitas instrumen.
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
= jumlah varians butir.
= varians total.
(Arikunto, 1997: 193)

2.Analisis Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dan teknik inferensial.
a.Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dari masing-masing variabel penelitian, dengan menggunakan rata-rata hitung, standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum ke dalam bentuk tabel frekuesni dan persentase.
Mengkategorikan Kecerdasan Emosional (X) dan Nilai Hasil Belajar Biologi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Y)
menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 2. Pengkategorian Kecerdasan Emosional (X) dan Nilai Hasil Belajar Biologi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Y)

Variabel (X)
Kategori
Variabel (Y)
Xi ³ + SD
− SD < Xi < + SD
Xi ≤ − SD
Tinggi
Sedang
Rendah
Yi ³ + SD
− SD < Yi < + SD
Yi ≤ − SD
(Arikunto, 2002)
dimana:
Xi = nilai variabel X untuk sampel ke-i
= nilai rata-rata untuk variabel X
Yi­ = nilai variabel Y untuk sampel ke-i
= nilai rata-rata untuk variabel Y
SD = standar deviasi (SD) untuk masing-masing variabel
dengan:
= dan ; dimana N = Jumlah data
SDx = ; dan SDy
b.Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t. Sebelum pengujian hipotesis, data terlebih dahulu dilakukan uji dasar-dasar statistik yaitu uji normalitas data dengan menggunakan uji chi-kuadrat.
1)Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk keperluan ini digunakan uji Chi-Kuadrat (c2) dengan rumus sebagai berikut :
c2hit =
(Sudjana, 2002)
dengan:
c2hit = nilai Chi-Kuadrat hitung
Oi = frekuensi pengamatan untuk interval ke-i
Ei = frekuensi harapan untuk interval ke-i
Kriteria pengujian adalah bahwa jika c2hit < c2tab dengan derajat kebebasan (dk) = k – 3 pada taraf signifikan a = 0,05, maka data yang diperoleh dinyatakan terdistribusi normal, dan jika c2hit ³ c2tab dengan dengan derajat kebebasan (dk) = k – 3 pada taraf signifikan a = 0,05, maka data yang diperoleh dinyatakan tidak terdistribusi normal.
2)Diagram Pencar (Scatter Diagram)
Untuk kumpulan data yang terdiri atas dua variabel diagramnya dibuat dalam sistem sumbu koordinat dan gambarnya akan merupakan kumpulan titik-titik yang terpencar. Variabel bebas X (Kecerdasan emosionala siswa) dan variabel tak bebas Y (Hasil belajar Biologi siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD) digambarkan dengan sumbu datar menyatakan X dan sumbu tegak menyatakan Y. Jika letak titik-titik itu berada di sekitar garis lurus maka dapat diduga regresinya adalah linier. Jika letak titik-titik sekitar garis lengkung dapat diduga regresi adalah non linier. Regresi linier ditarik secocok mungkin dengan letak titik-titik, kemudian persamaanya ditentukan dengan menggunakan dua titik yang dilalui. Diagram pencar berikut memperlihatkan beberapa diagram pencar serta hubungan antara variabel yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar biologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

a) Hubungan garis positif b) Hubungan garis positif tapi lebih
terpencar

c) Hubungan garis negatif d) Hubungan garis lengkung negatif

e) Hubungan garis lengkung negatif f) Hubungan garis lengkung positif

g) Tidak ada hubungan (Supranto, 2000)
Gambar 3.1 Berbagai Bentuk Diagram Pencar
3.Pengujian Hipotesis
Untuk keperluan hipotesis diperlukan langkah-langkah sebagai berikut
a)Analisis korelasi product moment
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel, yaitu hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IX SMP Negeri 1 digunakan rumus koefisien korelasi sebagai berikut:
(Sudjana, 1996: 369)
Dimana:
r = Korelasi product momen
Xi = Nilai keharmonisan keluarga responden ke-i
Yi = Nilai prestasi belajar matematika responden ke-i
n = Banyaknya responden
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
1.Jika r > 0, berarti terdapat korelasi positif kecerdasan emsional siswa dengan hasil belajar biologi siswa melalui model pembel;ajaran kooperatif tipa STAD siswa kelas IX SMP Negeri 1 Raha.
2.Jika r < 0, berarti terdapat korelasi negatif kecerdasan emsional siswa dengan hasil belajar biologi siswa melalui model pembel;ajaran kooperatif tipa STAD siswa kelas IX SMP Negeri 1 Raha.
3.Jika r = 0, berarti tidak ada korelasi kecerdasan emsional siswa dengan hasil belajar biologi siswa melalui model pembel;ajaran kooperatif tipa STAD siswa kelas IX SMP Negeri 1 Raha.
Adapun pengkategorian tingkat hubungan (korelasi) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Pengkategorian Tingkat Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Melalui Model Pembajaran Kooperstif Tipe STAD.
Interval Koefisien Korelasi (r)
Tingkat Hubungan
0,81 – 1,00
0,61 – 0,80
0,41 – 0,60
0,21 – 0,40
0,00 – 0,20
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
(Arikunto, 2002)
b)Koefisien determinasi
Uji ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya kontribusi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan menggunakan rumus:
KD = r2 x 100%
c)Menguji keberartian korelasi
Uji ini dimaksudkan untuk menentukan apakah koefisien korelasi berarti atau tidak, untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan rumus :
t = (Sudjana, 1996)
dengan kriteria : jika thit > ttab pada taraf nyata a = 0,05 dan dk = (n-2), maka H0 ditolak. Jika thit £ ttab pada taraf nyata a = 0,05 dan dk = (n-2), maka H0 diterima.

No comments:

Post a Comment